Menurut Ir. Deddy Erfandi (Peneliti dari Kelompok Peneliti Fisika dan Konservasi Tanah, Balittanah), teknologi rehabilitasi lahan pasca erupsi merapi dilakukan agar dapat mengurangi erosi dan aliran permukaan, sehingga dampak lahar dingin yang merusak infrastruktur pertanian dapat dikurangi. Ada beberapa cara teknik rehabilitasi lahan:
1. Teknik pengolahan dalam. Teknik ini dilakukan karena abu merapi mempunyai sifat fisik yang khas yaitu apabila jatuh kepermukaan tanah menyebabkan abu akan cepat mengeras, dengan rata-rata BD (bulk density) 1,37 g/cc, sehingga sulit ditembus oleh air. Dengan teknik pengolahan dalam diharapkan akar tanaman dapat berkembang normal dan mudah menyerap hara.
2. Teknik penanaman secara kontur. Pada lereng hingga 20 %, penanaman tanaman secara kontur perlu dilakukan. Jenis tanaman rehabilitasi lahan yang dapat dikembangkan : a) tanaman insitu adalah rumput pakan ternak. b) tanaman introduksi yang mudah ditanam, memiliki perakaran yang dapat menembus kedalaman tanah dan dapat beradaptasi pada tekstur berpasir adalah rumput akar wangi (Vetiveria zizanioides). Tanaman ini ditanam secara zigzag dan dapat dikombinasikan dengan tanaman pisang pada bidang olahnya.
3. Teknik stabilisasi tanah pada lereng curam. Areal berlereng lebih dari 20 %, umumnya telah terjadi erosi parit dengan ke dalaman lebih dari 1 meter dan lebar lebih dari 10 meter penanggulangan.
Lebih detailnya dijelaskan dalam makalah Abbas et al. (2010) dengan judul “Teknologi Peningkatan Produktivitas Lahan Endapan Volkanik Pasca Erupsi Gunung Merapi”